29 Agustus 2007

Mbo Minah versus Mba Elphi

Indahnya sebuah analogi, refleksi dari program konversi minyak tanah ke gas...

Keluargaku mempekerjakan seorang pembantu, Mbo Minah kami sering memanggilnya. Dia sudah tua dan sudah cukup lama bekerja di keluarga kami yah sekitar 8 tahun. Dia bekerja sangat keras siang dan malam untuk sekedar menerima uang dan pujian dari keluarga kami. Tak pernah sekalipun aku mendengarnya berkeluh hanya ucap syukur yang sering terucap dari mulutnya yang mulai terlihat rapuh itu.

Hari itu kudengar Mbo Minah menemui ibuku di kamar. Selidik boleh selidik ternyata Mbo Minah ingin pulang kampung dan tentunya ini berarti sama saja Mbo Minah meminta pensiun. Langsung saja aku terhenyak. Mbo Minah yang sudah kami anggap saudara sendiri akan meninggalkan kami segera. Uhh, kepanikan mulai merajai keluarga kami yang sudah terbiasa menggunakan jasa pembantu.

Ketika ayah mendengar kabar itu langsung ia mencoba mencari pengganti Mbo Minah. Dia menghubungi berbagai agen jasa penyedia pembantu bahkan menghubungi saudara di kampung dan siapa tahu ada orang yang berminat.

Hari bergulir dan sudah 3 hari kami ditinggal Mbo Minah. Apa disangka, rumah kami seperti habis perang dan tak terurus sedangkan ayah belum juga menemukan pangganti. Seperti dugaanku kami pun menjadi panik luar biasa dan bingung tentunya untuk mencari pengganti yang sepadan dengan Mbo Minah

Hari itu tiba ada dan ehmmm ada yang menarik disini. Seorang gadis yang kira-kira lebih tua dariku 5 tahun datang bersama ayahku, Mba Elphi aku panggil dia. Ternyata inilah pengganti Mbo Minah, pengganti pembantu di rumah keluarga kami. Dia memperkenalkan diri di depan keluarga kami dan tentu saja mulai hari ini dia mulai bekerja.

Pekerjaan Mba Elphi rapi dan bersih juga cepat bila dibandingkan dengan Mbo Minah yah tentu saja jika dipandang dari sudut usia itu sudah jelas. Namun, Mba Elphi ini meminta gaji yang lebih besar daripada Mbo Minah. Aku tersadar bahwa keluargaku cukup beruntung mampu unutk menggaji seseorang seperti Mba Elphi tapi apakah keluarga lain mampu??? Sekarang kami cuma bisa berharap agar dia mampu menjadi pengganti Mbo Minah karena tak mungkin kami meminta Mbo Minah untuk kembali.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

keluarga saya yang tidak mampu bayar pembantu seperti Mbo Minah dan Mba Elphi, tetep mempertahankan Mpo Bahar yang setelah ditinggal mati suami dan anaknya hidup sebatang kara. beliau cukup diberi tempat untuk berteduh dan sesuap nasi: tanpa gaji.

[refleksi dari kebanyakan rakyat Indonesia terutama di pedalaman: yang masih setia pake kayu bakar]

nice posting :)